Dengki, Sifat Tercela Tak Berguna

Tanpa kita sadari kedengkian itu muncul dengan sendirinya dalam hati kita. Merasa susah manakala ada saudara kita yang mendapat rezeki yang berlimpah, merasa gundah ketika tetangga sebelah rumah kita mendapatkan kabar gembira. Tetapi merasa senang apabila orang-orang itu mendapatkan musibah. Wajarkah sifat seperti ini?bagaimana cara menghilangkannya? Kisah-kisah teladan berikut ini sarat akan hikmah berharga yang layak kita jadikan renungan. Terutama bagi kita yang selama ini merasa ada penyakit hati dalam dirinya.

Kedengkian di Era Kenabian

Dengki ternyata sudah ada sejak zaman kenabian hingga sekarang. Pada zaman Adam as, syetan enggan bersujud kepada Adam lantaran beliau akan dijadikan Allah sebagai khalifah di bumi adalah salah satu bentuk kedengkian. Contoh lainnya, ketika Qabil membunuh Habil karena dengki kepada Habil yang memperoleh istri cantik yang semula diidamkannya. Kisah ini bermula ketika keduanya diminta untuk memberikan pengorbanan kepada Allah SWT. Akhirnya pengorbanan Habil yang diterima lantaran dilandasi rasa ikhlas dan pengharapan sepenuhnya. Sebagai hadiahnya Allah menganugerahkan istri yang cantik kepada Habil. Namun hal ini tidak disukai oleh Qabil hingga akhirnya berujung kepada pembunuhan yang dilakukan Qabil terhadap Habil. Buah dari kedengkian pun juga pernah dirasakan oleh  nabi Yusuf as.Kisah ini diceritakan secara lengkap di dalam  surat Yusuf surat ke 12 dalam Al Qur’an.

Bermula dari sikap dengki yang dialami saudara-saudara Yusuf. Mereka merasa ayahnya lebih mencintai Yusuf daripada diri mereka.Seperti yang dijelaskan dalam ayat ke 10: “(Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita  dalam kekeliruan yang nyata”. Kemudian salah satu dari mereka mengusulkan membunuh Yusuf dan membuangnya ke suatu tempat. Namun, usul yang lain menghendaki  Yusuf dimasukkan saja ke sumur agar dipungut oleh musafir yang melewatinya. Akhirnya usulan kedua yang diterima dan rencana dapat berjalan dengan lancar.

Bahaya Dengki dan Pengobatannya

Dengki sangat menyiksa hidup kita. Kita senantiasa tersiksa setiap nikmat yang kita lihat diperoleh orang lain. Kita semakin tersakiti dengan musibah yang luput dari orang lain. Kita akan selalu merasa kecewa, sedih, tersayat dan sempit dada.

Sifat dengki tidak membahayakan kepada orang yang kita dengki baik menyangkut dunia ataupun agamanya, karena nikmat tidak bisa lenyap hanya semata-mata kedengkian kita. Nikmat merupakan ketetapan Allah yang tidak bisa dirubah oleh manusia. Ia tetap mengalir sampai batas waktu yang kita tidak mengetahuinya. Lalu apa obat dengki itu?

Pertama, menyakini bahwa rezeki dan nikmat adalah merupakan qadha (ketetapan) Allah. Manusia bagaimanapun caranya tidak mampu merubah apa yang sudah menjadi ketetapanNya. Kedua, menjadikan nikmat dan rezeki yang diterima orang lain sebagai motivator bagi kita untuk selalu berikhtiar dalam membuka pintu-pintu nikmat. Karena nikmat bisa datang dari arah yang tidak kita sangka selama Allah menghendakinya. Ketiga, bersikap qanaah, menerima dengan ikhlas segala pemberianNya. Mensyukurinya. Karena bisa jadi apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah.

Bagi yang merasa ada dengki di hati kita, maka tidak ada salahnya mencoba ketiga cara di atas.

Wallahua’lam. (sd)

About Admin (sd)
Seorang manusia pembelajar dan pemburu hikmah

Leave a comment